Mahasiswi Undip Ajak Ibu-Ibu di Desa Plakaran, Kab. Pemalang untuk Memanfaatkan Limbah Organik Rumah Tangga menjadi Ecoenzim

Mahasiswi Undip Ajak Ibu-Ibu di Desa Plakaran, Kab. Pemalang untuk Memanfaatkan Limbah Organik Rumah Tangga menjadi Ecoenzim

 
Demonstrasi pembuatan ecoenzim.
Sumber : Dokumentasi


wirausahanesia.comPemalang - Mahasiswi Undip ajak ibu-ibu RT 01 RW 01, Desa Plakaran, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang untuk manfaatkan sampah organik rumah tangga menjadi ecoenzim yang baik untuk pupuk tanaman.

Permasalahan sampah merupakan salah satu permasalahan yang umum terjadi di seluruh wilayah Indonesia, tidak terkecuali di Kabupaten Pemalang. Minimnya pengelolaan sampah yang baik karena tidak tersedianya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di setiap kecamatan dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah membuat masyarakat memilih untuk membakarnya atau membuangnya di sungai. 

Tindakan pengelolaan sampah yang kurang baik dapat meningkatkan potensi pemanasan global akibat meningkatnya produksi gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Pembakaran sampah anorganik menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang dapat mencemari udara. Selain itu, pembusukan sampah organik menghasilkan gas metana yang juga merupakan gas rumah kaca. Gas metana mempunyai kekuatan merusak 20 kali lipat dari gas CO2. Dengan meningkatnya produksi gas rumah kaca akibat sampah, pemanasan global pun tidak dapat dihindari.

Menanggapi keadaan tersebut, mahasiswi jurusan Agroekoteknologi Undip, Difa (21), memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di RT 01 RW 01, Dusun Limbangan, Desa Plakaran, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang pada hari Rabu (24/01/2024) untuk memanfaatkan limbah rumah tangga berupa kulit buah dan sayur untuk dijadikan ecoenzim. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro tahun 2023/2024.

Ecoenzim merupakan cairan fermentasi dari kulit buah dan sayur dan mengandung banyak senyawa yang baik untuk tanaman seperti nitrat dan enzim-enzim seperti maltase dan amilase. Cairan ini dibuat dari campuran kulit buah dan sayur, gula, serta air dengan perbandingan 3 : 1 : 10. Aplikasi ecoenzim pada tanaman terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman menjadi lebih baik dan membunuh patogen penyebab penyakit pada tanaman.

Kegiatan pelatihan diawali dengan pemaparan singkat mengenai pengertian ecoenzim dan fungsinya. Selanjutnya, dilakukan demonstrasi cara pembuatan ecoenzim dengan bantuan salah satu peserta untuk memraktekkan prosedur pembuatan ecoenzim di depan peserta lainnya. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai cara aplikasi ke tanaman dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan ecoenzim. Selanjutnya, kegiatan ditutup dengan sesi tanya jawab.

Antusiasme yang baik ditunjukkan oleh ibu-ibu peserta dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan ketika sesi tanya jawab. Peserta pun menanggapi secara kritis dalam sesi tanya jawab dan diskusi yang dilakukan. Harapannya, dengan diberikannya pelatihan pembuatan ecoenzim ini, volume sampah yang dibuang ke lingkungan dapat berkurang sehingga mengurangi pencemaran. Selain itu, sampah organik rumah tangga malah dapat bermanfaat menjadi pupuk tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman.



Editor:
Achmad Munandar