Kisah Semangkok Indomie di Malam Jumat

Kisah Semangkok Indomie di Malam Jumat

 

wirausahanesia.comMasih jelas di ingatan saya peristiwa dalam cerita ini terjadi pada tahun 2009-2010, kami adalah sekumpulan mahasiswa yang tinggal di asrama tanpa tv yang kalau mau nonton bola harus ke warung burjo terdekat. 

Selain pertandingan bola, agenda rutin kami adalah nonton bersama acara tv di stasiun Trans 7 yaitu Dunia Lain dan Dua Dunia, keduanya menghadirkan tayangan seputar mistis dan uji nyali. 

Disamping jadi basecamp tempat nobar, warung burjo adalah tempat kami "pesta" dan "penyelamat tanggal tua". 

Hingga hari ini warung burjo bernama Doa Ibu atau "DOI" masih ada di belakang kantor POS gang Iwenisari Banjarsari Tembalang Semarang, pemiliknya pria 40 tahunan asal Kuningan bernama bang Herman. 

Beliau akrab dan hafal nama serta tabiat kami, sampai sekarang jika bertemu dan ngobrol bareng bapak satu anak ini masih bertanya tentang teman-teman saya yang biasa nongkrong bareng. 

Kembali ke istilah tempat "pesta" di atas, istilah ini menggambarkan kondisi di awal bulan saat uang saku baru saja turun, biasanya kami pesan menu komplit nasi putih, mie rebus atau goreng lengkap degan telur, minumannya bisa marimas, coffemix hingga susu soda gembira, di tambah krupuk blek atau gorengan tempe. Mewah untuk ukuran standart mahasiswa kalangan bawah seperti kami. 

Tanggal berganti, bang Herman biasanya paham makin menuju akhir bulan pesanan pasti semakin berkurang, dari menu komplit paling hanya tinggal mie instan dan air putih. 

Hal paling parah yang kami pernah lakukan adalah bawa mie dan telur sendiri, ke warung burjo hanya minta dimasakin dan pesan es teh. Namun demikian tak membuat bang Herman Kapok. 

Jujur beberapa kali saya hutang karena uang saku belum turun atau gaji kerja partime belum cair, sekali lagi bang Herman tetap melayani sepenuh hati karena tahu kondisi kami. 

Nyaris 12 tahun berlalu, teman-teman nongkrong di burjo saya sudah jadi orang semua. 

Pak Perdana Gutomo Putra dan Muhammad Ali Syifa jadi bos Astra, kang Muhamad Wahidun jadi Abdi Negara, pak Puji Norbawa jadi bos pakan udang, mas Sutarno Mantap jadi bos solopeduli, mas Ridho Santoso wirausaha dapur umma, icon kami mbah cahyo Magister Pengelana jadi blogger dan konsultan tugas akhir dan teman2 lain yg belum ke mention satu persatu cc pak Agus Sugito mas Pariman Siregar Ekoty Triyanto Muhammad Bahruddin

Saya? Masih setia di Tembalang menyaksikan perubahan yang signifikan, mahasiswa pergi dan datang. 

Kadang kangen suasana bercanda dan ngobrolin hal mistis di malam kamis selepas tayangan dua dunia dan dunia lain sambil ngopi dan menikmati indomie telur seperti sedulur. 

Berangkat dari kenangan manis di atas, saya pikkir sebuah kebaikan perlu terus dirawat dan diwariskan salah satunya lewat warung burjo. 

Monggo yang mau nostalgia sesekali menikmati indomie goreng dengan telur dan segelas kopi, mampir ke warung burjo kami, namanya masih Burjo DOI tapi ini cabangnya ada Srondol depan Bank BCA dekat pertigaan LPMP.

Terima kasih sudah membaca semoga kita sehat walfiat semuanya amin, dari pada galao mending maka burjo :)



Penulis
Achmad Munandar