15 Istilah Populer dalam Dunia Standup Comedy

15 Istilah Populer dalam Dunia Standup Comedy

 


Wirausahanesia.com - Profesi stand up comedyan atau comika semakin menjanjikan, banyak dari mereka yang menggeluti seni komedi tunggal ini jadi selebriti, mengisi acara di digital dan televisi.

Untuk jadi comika yang populer, maka wajib hukumnya jadi Lucu, dan menjadi lucu ini butuh proses dalam mencari materi dari keresahan, menulisnya, open mic dan tampil di kompetisi.

Ada media online baru yang khusus membahas tentang dunia stand up comedy dan dunia comika bernama Loetju.id, kami kutip dari laman Loetju ini dia  15 Istilah Populer dalam Dunia Standup Comedy.

1. Set up
Untuk membangun sebuah premis komedi, maka seorang komedian harus mengungkapkan atau mendeskripsikan situasi, baik singkat maupun panjang lebar.


2. Punchline
Punchline adalah bagian lucu dari sebuah lawakan. Punchline adalah respon dari sebuah deskripsi atau set-up yang sebelumnya disampaikan.

Keberhasilan dari sebuah punchline ditentukan dari seberapa kuat seorang komedian membangun dan menggiring pikiran penonton melalui set-up.


3. Bit
Bit adalah sebuah item komedi. Biasanya, bit juga disebut sebagai sebuah materi komedi. Dalam rangkaian sebuah penampilan stand-up comedy, seseorang merangkai beberapa bit.

Bit sendiri secara teori dan pada umumnya tersusun dari set-up dan punchline. Tapi, improvisasi seorang komedian memungkinkan dalam satu bit menghadirkan lebih dari satu punchline.


4. Roasting
Dilansir dari Liveabout, roasting mengacu pada teknik komedi mengolok-olok sesuatu, seseorang, atau hal apapun. Biasanya roasting memang jelas tertuju pada suatu objek yang disebutkan.

Olok-olok memang menjadi formula mudah untuk membangun sebuah lelucon, karena hal tersebut sebetulnya biasa dilakukan di keseharian. Namun, biasanya roasting diakhiri dengan bentuk penghormatan.

5. Act Out
Teknik komedi selanjutnya yang kerap digunakan seorang komedian adalah Act Out. Teknik ini adalah teknik memperagakan sesuatu untuk menyampaikan pesan dengan unsur komedi.

Biasanya Act Out dilakukan berlebihan, agar gerakan tersebut terlihat lucu dan penonton paham apa maksud komedi dari gerakan yang dilakukan.

6. Call back
Sebuah punchline biasanya bisa lucu berkali-kali jika konteksnya berulang, bahkan menjadi tambah lucu. Ketika seseorang mengambil punchline yang telah ia keluarkan, dan menyampaikannya ulang dengan konteks tertentu, itulah teknik callback.

Butuh kejelian untuk melakukan teknik callback. Pahit-pahit, punchline kedua yang dikeluarkan tidak jadi lucu karena konteksnya tidak terbawa, dan terkesan sebagai pengulangan semata.

7. Laugh per Minute (LPM)
LPM digunakan sebagai variabel penilaian untuk sebuah penampilan stand-up comedy. Artinya, berapa kali tawa yang terjadi dalam 1 menit menjadi tolak ukur sebuah penampilan stand-up comedy berhasil atau tidak.


8. Open Mic
Ajang latihan bagi para komika untuk mencoba materi mereka lucu atau tidak dan mencari cara yang paling tepat serta nyaman sebuah bit. Open mic juga bermanfaat untuk mencari materi yang paling ringkas dalam penyampaian.


9. Premis
Kata pengantar yang menggiring penonton kepada candaan dari komika.


10. Rifing
Riffing adalah mengajak penonton untuk berinteraksi. Biasanya menjadikan penonton sebagai objek lelucon. Hati-hati menggunakan riffing karena sering gagal atau mungkin menyinggung perasaan penonton.


11. Hackling
Sebutan untuk para penonton yang sering mengganggu penampilan komika, mereka disebut Hackler.


12. Delivery
Kalau premis adalah penggiringan materi ke punchline, delivery lebih kepada penyampaian materi ke penonton yang terdiri dari empat unsur, yaitu, Artikulasi, Mic-ing, gesture, dan emosi.


13. Impersonationate
Impersonationate adalah teknik peniruan tokoh, biasanya yang sudah terkenal. Peniruan bisa dari gaya bicara, gerak tubuh, dan kata-kata khasnya.


14. Self Bullying
Self Bullying adalah teknik menjelek-jelekkan diri sendiri dengan tujuan untuk bisa membuat penonton tertawa. Teknik ini lebih aman dibandingkan Riffing, karena objeknya adalah kita sendiri.


15. Rule of Three
Adalah teknik penggunaan tiga kalimat, dua kalimat awal digunakan sebagai set up. sementara satu kalimat terakhir, digunakan sebagai punchline. Contoh: “Ada piring dateng gue cuci, habis cuci gue elap, habis elap terbitlah terang.”